oleh

Jadilah Tong Kosong Biar Enak Diisinya

Jadilah Tong Kosong Biar Enak Diisinya. Oleh: Tubagus Soleh, Ketua Umum Babad Banten

Dalam setiap sessi pelatihan yang saya ikuti, instruktur selalu mengingatkan peserta dengan kalimat, selama mengikuti pelatihan jadilah pribadi seperti gelas kosong. Sehingga materi-materi di pelatihan bisa terserap dengan baik.

Lebih lanjut sang instruktur mengingatkan, bila anda merasa sudah berisi secara otomatis materi pelatihan yang anda ikuti tidak akan masuk secuilpun.  Tidak akan masuk secuilpun ke dalam otak anda dan pasti tertolak dengan jiwa anda sendiri.

Nasehat yang bagus, sederhana, simple namun sering kita lupakan. Seringnya kita selalu pengen dianggap orang yang berisi. Bermutu, berkualitas, namun dengan dasar kepongahan.

Saya pernah merasakan, malu rasanya dianggap orang sebagai tong kosong nyaring bunyinya. Tong kosong nyaring bunyinya merupakan pribahasa yang sudah terkotori oleh prasangka jelek orang-orang. Tong kosong nyaring bunyinya diidentikkan dengan orang bodoh dan dangkal ilmu pengetahuannya.

Padahal tong kosong nyaring bunyinya memiliki makna yang sangat dalam. Merasa diri selalu bodoh dan siap selalu menerima segala ilmu pengetahuan termutakhir. Hanya orang-orang yang merasa kosong saja lah yang memiliki kesiapan mental menjadi manusia pembelajar seumur hidupnya.

Seperti kata sang instruktur, hanya gelas kosong yang siap menerima air. Begitupun hanya tong kosong yang siap diisi air. Manusia yang merasa bodoh akan mudah dan bergairah dengan belajar. Ilmu pengetahuan yang menjadi pembeda antara manusia dan binatang akan menjadi spirit jiwa yang terus menyala.

Dengan keluguan dan kebodohannya disertai dengan pengabdian yang tulus semata-mata, hanya ingin Alloh ridho kepadanya yang membuat hidupnya semakin hidup. Sikap lugu dan bodoh hanya dimiliki oleh manusia yang selalu tersambung hatinya dengan sang pemilik hati. Jiwanya memancarkan semangat, spirit, nur dan rahmah.

Menjadi manusia bodoh tapi berilmu dan berilmu tapi bodoh memang bukan perkara gampang. Perlu latihan yang kontinyu dan istiqomah. Tentu saja tidak salah juga kalau ada yang membimbing. Biar jalan yang berliku dan berkelok serta mendaki tidak membuat anda ke sasar jalan.

Untuk itu, jadilah selalu tong kosong karena airnya selalu dimanfaatkan oleh umat untuk berwudhu dan bersuci. Dan jangan lupa cari guru mursyid yang mau membimbing dan mengisi jiwa anda.

Loading...

Baca Juga