oleh

IMERC Bersama Kedubes Azerbaijan Gelar Kuliah Umum tentang Potensi Azerbaijan

DETIKFAKTA – Islamic and Middle Eastern Research Center (IMERC), pusat riset di lingkungan Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG). Univeritas Indonesia bersama dengan Kedutaan Besar Republik Azerbaijan. Menyelenggarakan Ambassadorial Public Lecture pada Selasa 6 November 2018 dengan tema “Review the Potential Sustainability Cooperation between the Republic of Indonesia and the Republic of Azerbaijan”.

Acara ini diselenggarakan di gedung Institute for Advancement of Science Technology and Humanity (IASTH) Universitas Indonesia, kampus Salemba, untuk pengenalan secara akademik dan eksplorasi potensi negara Azerbaijan bagi Indonesia dalam perspektif politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, pariwisata, dan pendidikan. Antusiasme kalangan akedemik pada kegiatan ini terlihat dari hampir setengah kuota sudah terpenuhi sehari setelah formulir disebarkan.

“Azerbaijan memiliki banyak potensi yang masih belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. “Kata Ruslan Nasibov Deputy Chief of Mission Embassy of the Republic of Azerbaijan dalam pertemuannya dengan salah satu perwakilan dari IMERC.

Beliau juga menambahkan bahwa Indonesia dan Azerbaijan memiliki potensi kerjasama di berbagai bidang. Mohamad Rezky Utama dari IMERC selanjutnya memandu jalannya kuliah umum kedutaan ini.

Dalam acara kuliah tamu yang berlangsung selama lebih dari tiga jam itu, beberapa hal menarik menjadi sorotan diantaranya adalah fakta-fakta sejarah Azerbaijan kaitannya dengan Islam dan Indonesia.

Dalam kuliahnya, Nasibov menyampaikan bahwa negara yang menjadi persilangan antara Russia, Eropa, Asia, dan Timur-Tengah ini berdiri pertama di tahun 1918-1920 telah menjadi satu-satunya negara Islam yang memperbolehkan wanita ada di parlemen.

Nasibov juga menyampaikan bahwa keterkaitan historis Islam antara Azerbaijan dengan Indonesia sangat erat. Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang pertama dari sembilan wali songo atau dikenal Sunan Gresik adalah berasal dari kota Baku, Azerbaijan.

Kedekatan historis ini juga melatar belakangi Indonesia cepat mengakui kedaulatan Azerbaijan. Negara 95% dari kurang lebih 10 juta penduduk beragama Islam, scara langsung setelah lepas dari Uni-Soviet tahun 1991.

Secara ekonomi, Azerbaijan negara kaya penghasil minyak dan gas bumi, salah satu pengekspor ke Indonesia. Secara sosio-cultural, Azerbaijan aktif mempromosikan multikulturalisme, perdamaian dan stabilitas nasional yang paralel dengan salah satu pilar kebangsaan Indonesia Bhineka Tunggal Ika. Ini juga yang mendorong Azerbaijan mengadakan kuliah multikulturalisme Azerbaijan di Universitas Indonesia.

Pada dimensi regional Timur Tengah, negara yang memiliki hubungan spesial dengan Turki ini juga aktif mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional di kawasan dengan cara tidak mendukung satu sisi dalam konflik regional dan memberikan hukuman tegas pada warganya yang secara ilegal berpartisipasi dalam konflik termasuk terorisme.

“Acara ini penting diadakan mengingat antusiasme masyarakat akademisi terhadap Azerbaijan dan kurangnya informasi terhadap hubungan kedua negara.” Tegas Nur Munir ketua IMERC yang ditemui dalam sebuah diskusi rutin.

Indonesia, sebagai bapak pencetus Non-Aligned Movement [NAM] countries (Gerakan Non-Blok) pada konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 dapat mempertimbangkan potensi-potensi kerjasama bilateral lebih mendalam seperti ekonomi dan utamanya pendidikan dengan Azerbaijan yang akan menyelenggarakan NAM Summit, April 2019 mendatang.

Pada sambutannya, Nur Munir berharap acara Ambassadorial Public Lecture oleh IMERC dan Kedutaan Besar Azarbaijan. Ini menjadi pembuka hubungan antara Universitas Indonesia dan Azerbaijan.

Kejasama antara IMERC dan Azerbaijan akan dititikberatkan pada bidang akademis dan penelitian. Yang menghasilkan riset-riset yang bermanfaat bagi pengembang ilmu di lingkungan Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesian.

Riset keilmuan diharapkan bermanfaat juga menjadi rekomendasi akademik kepada Pemerintah RI, khususnya para pengambil kebijakan luar negeri RI. Kerjasama berkelanjutan antara IMERC dan kedutaan Azerbaijan menjadi keinginan bersama dari berbagai pihak.

Munir menyampaikan poin penting kepada Ruslan Nasibov yang juga telah menyambut baik. Bahwa IMERC senang dan kolaboratif suatu saat bekerjasama dengan institusi akademik di Azerbaijan. Selevel dengan IMERC untuk mengadakan kajian bersama.

Direktur SKSG Universitas Indonesia, Dr. Lutffi Zuhdi, juga menyambut dan menyampaikan beberapa poin bahwa pengenalan mengenai Azerbaijan sangat penting dan bermanfaat. Bagi perkembangan hubungan kerjasama di berbagai bidang termasuk dalam pengembangan pendidikan.

Kuliah tamu ini memperkenalkan kebudayaan, pariwisata, pendidikan, ekonomi, dan politik dari negara Azerbaijan. Peserta kuliah tamu ini sangat antusias bertanya mengenai negara Azerbaijan kaitannya dengan bidang-bidang yang mereka perdalam. Dua dari para penanya adalah Rafi dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari. Menanyakan tentang posibilitas ekspor-impor dan kaitannya dengan keberlanjutan kelestarian alam di Indonesia dan Azerbaijan. Indria dari Universitas Ibnu Khaldun menanyakan tentang posibilitas kerjasama antar-Universitas yang salah satunya di bidang desain fesyen muslim. Kuliah umum kedutaan besar ini diharapkan dapat menambah wawasan kaum akademik terhadap Azerbaijan. (RYO).

Loading...

Baca Juga