oleh

Manuver Menyambung Nyawa Ala YIM

Manuver Menyambung Nyawa Ala YIM, catatan kecil pojok warung kopi ndeso. Oleh: Malika Dwi Ana, Pengamat Sosial Politik, Penggiat Institute Study Agama dan Civil Society.

Fenomena pindahnya YIM ke kubu petahana, yakni menjadi pengacara timses JKW-Amin sebenarnya bisa dipandang sebagai gerakan mempertahankan PBB yang jeblok banget jumlah massanya. PBB bisa saja bubar, jika tidak memperoleh suara yang signifikan di legislatif 2019 nanti.

Dan pada akhirnya seperti yang lain-lain, alasannya klise…”untuk kepentingan bersama, kepentingan bangsa, negara dan rakyat Indonesia.” Padahal jelas terbaca tujuannya; untuk kepentingan dirinya, kelompoknya dan golongannya.

Kata versi Sontoloyo sih mending kalau retorika, ini jelas ‘ngguaplek-i’. Oportunisnya itu lho…selalu ada, mungkin dipikiran YIM, PBB bisa diselamatkan dengan cara menempel ke petahana. Manuvernya mengingatkan pada salah satu syair di lagu Kupu-Kupu Malam….”Yang dia tahu hanyalah MENYAMBUNG NYAWA…”

Kasus ini saya analogikan seperti kisah seekor kambing yang dipakai sebagai media penyembuh sakit. Segala penyakit yang diderita seseorang pada suatu hari dipindahkan pada seekor kambing. Setelah pemindahan sakit, beberapa waktu kemudian, kambing itu pun mati.

Maka orang yang sakit terselamatkan dan hidup hingga hari ini, ia hidup sehat wal-afiat dan sejahtera. Tetapi, apakah ia masih mengingat nyawa kambing itu atau telah menggunakan berkah Tuhan dalam kehidupan di dunia ini sebaik-baiknya? Pertanyaan ini adalah domain antara Tuhan dan pribadinya.

Jagad, kehidupan, ilmu pengetahuan, keimanan, syukur, cinta, dan lain-lain, bahkan kebencian dan kejahatan manusia itu berbatas. Mungkin, hanya DIA yang masih “imajiner” (buat saya) yang tak berbatas dan tak terbatas, Tan Kena Kinaya Sanyata Apa. Dia yang Maha membolak-balikan hati dan pikiran kita…manusia. Kemaren begini, hari ini begitu, besok begono…

Begitulah, dalam pikiran YIM, dengan menjadi pengacara Jkw diharapkan bisa untuk menyambung nyawa. Orang awam akan menyangka, meski secara ideologis harusnya ia merapat ke kubu PS, namun sayangnya PS lupa tidak mengakomodirnya dalam timses.

Tetapi ada fakta surat edaran tertutup di kalangan pengurus PBB bahwa Sandi pernah menemuinya dalam rangka ini, dan lalu tidak menemu kata sepakat dalam bargaining kekuasaan. Ya begitulah politik, esuk dele sore tempe sudah biasa, dan mereka menyebutnya sebagai fleksibilitas, sangat liquid.

Agenda YIM yang pertama adalah lolos pileg, lolos pileg itu artinya, parlimentary tracehold dipenuhi. Ini tahap pertama. Lalu jika lolos parlimentary tracehold, PBB tidak jadi dibubarkan, maka akan melangkah lagi dengan mengurus presidential tracehold.

Keputusasaannya dengan melihat sikon PBB sekarang ini sangat terbaca. Bagaimana tidak, secara PBB diinternal nya ancur-ancuran, tidak mampu berkomunikasi dengan massa. Itu sebabnya ia menggunakan cara-cara ekstrim seperti Ngabalin, MA, dan lain-lain, menyeberang ke kubu petahana, menjadi pengacara timses Jkw.

Mengingat kebiasaan orang Indonesia itu jika sudah kepepet, cara-cara ekstrim dan nekat sekalipun dihalalkan, meskipun kelihatannya paham agama. Modus pertamanya demi kepentingannya sendiri, lolos pileg, lalu demi kelompoknya dan golongannya (partai) dan paling terakhir (ujung-ujungnya) akan bilang demi bangsa, negara dan rakyat Indonesia.

YIM memposisikan diri sebagai the last Masyumi generation yang masih hidup. Di pidatonya, silakan digoogling, ia sempat bilang, “segudang ilmu tak ada gunanya dibandingkan segenggam kekuasaan…” Ya ini dahulu kala saat kongres Islam.

Barangkali ini yang disebut sebagai, YIM mata gelap main domino, artinya ya gambling juga. Semenara, disisi lain, mantan ketum PBB 2 periode, MS Kaban, justru merapat ke kubu PS. Jadi, bolehlah disimpulkan bahwa antara YIM, MA, La Nyalla dan Ngabalin itu adalah serupa dalam pola, hanya saja modusnya berbeda.

Loading...

Baca Juga