oleh

Catatan Menjelang Satu Abad Nahdhatul Ulama Bagian Dua

Catatan Menjelang Satu Abad Nahdhatul Ulama, NU dan Semangat Baru Indonesia, Bagian Kedua dari Dua Tulisan. Oleh: Tubagus Soleh, Ketum Babad Banten Nasional.

Pengalaman NU dalam meniti organisasi sejak zaman kolonial hingga zaman reformasi membuat NU semakin matang. Hal ini sangat terlihat dari komitmen NU dalam menjaga dan merawat NKRI, UUD 1945, Pancasila dan kebhinekaan Tunggal Ika.

Pandangan kebangsaan, Keindonesiaan dan Keislaman NU sangat menarik dikaji. Bila menyimak penuturan para ulama NU tentang keislaman, kebangsaan dan keindonesiaan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan. Islam, Indonesia dan bangsa merupakan kal jasadi wahid. Seperti satu tubuh yang saling menyatu dan menguatkan.

Bicara Islam ya Indonesia, bicara Indonesia ya Bangsa, bicara bangsa ya bhineka tunggal ika, bicara tunggal ika ya bicara pancasila, bicara pancasila ya bicara UUD 1945, bicara UUD 1945 ya bicara Indonesia. Islam adalah Indonesia. Semangat Islam adalah semangat Indonesia.

Menurut saya, pandangan Ulama Nahdhatul Ulama seperti itu sangat revolusioner. Seperti ungkapan Ulama terdahulu, Adat bersendikan Syara’, syara’ Bersendikan Kitabullah adalah menghapus garis pemisah sumber konflik antara agama dan adat. Hal inilah sebagaimana yang telah diajarkan oleh para walisongo dalam dakwah Islam di Nusantara

Dakwah yang dilakukan oleh Wali Songo merupakan metode dakwah terbaik yang telah terbukti merubah suatu bangsa atau imperium Nusantara tanpa tetesan darah. Pedang bukan pilihan mendakwahkan Islam yang walisongo pilih. Menghardik, menghina apalagi mengkafirkan meskipun berbeda keyakinan tidak pernah dilakukan oleh para walisongo.

Menurut alfaqir, inilah yang membedakan dakwah Islam yang dilakukan oleh Walisongo di Nusantara dengan penyebaran Islam di benua Eropa oleh Imperium Umayyah.

Dakwah Walisongo yang mengedepankan Semangat Islam Rahmatan lil Alamin di Nusantara terbukti dalam sejarah membuahkan hasil yang gemilang. Islam menjadi spirit, pandangan dan tata nilai masyarakat Nusantara. Islam tidak hanya mengganti ‘agama’ dan adat istiadat Nusantara namun lebih dari itu akar Islam menghujam kedalam bumi Nusantara yang kokoh.

Penjajahan koloni Kerajaan Eropa yang beratus ratus tahun gagal mencerabut akar Islam yang sudah dipupuk oleh Walisongo. Inilah kekuatan Islam hasil dakwah para Walisongo yang menjadi keajaiban dunia.

NU sebagai pewaris dan pelanjut dakwah Walisongo secara pola tidak jauh berbeda dengan Pola dakwah Walisongo. Kontektualisasinya disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan zaman.

Tokoh-Tokoh Nahdhatul Ulama seperti Gusdur sudah sangat jelas memiliki pandangan dan sikap yang inklusif. Semangat keislaman paralel dengan semangat keindonesiaan dan kebhineka tunggal ika. Islam menjadi perekat bangsa bukan malah menjadi garis pemisah antara aku dan kamu.

Semangat Kebangsaan yang dicontohkan para Ulama NU merupakan bentuk Tauladan yang harus menjadi referensi utama kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa membedakan Suku Ras dan agama. Namun mengedepankan semangat kebangsaan yang sejajar dan sederajat. Inilah sikap revolusioner yang ditunjukan oleh para Tokoh Tokoh NU sebagai khazanah kita.

Adalah fakta, bangsa Indonesia sangat majemuk. Baik dari suku,bahasa, dan agama. Namun perbedaan itu sudah diikat oleh tali batin yang kokoh yaitu Pancasila sebagaimana yang termaktub dalam UUD 1945.

Pancasila sebagai tali batin bangsa Indonesia haruslah dijaga semangatnya. Haruslah selalu di update pembaharuannya. Karena jiwa pancasila itu hidup dan sangat mempengaruhi kehidupan berbangsa kita.

Pancasila jangan lagi dijadikan palu godam pemukul lawan politik seperti zaman orde baru. Pancasila juga jangan hanya dijadikan aksesoris politik saja tanpa ada aksi nyata membumikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, sebagaimana pesan Pancasila haruslah menjadi spirit nyata dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang kuat,bermartabat dan sejahtera.

Inilah menurut saya, catatan yang menjadi PR besar Nahdhatul Ulama menjelang satu abad usianya. Bagaimana NU menjaga semangat Keindonesiaan pada setiap zamannya dari serangan kasat mata kepada NKRI,Pancasila,UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. Seperti Para Walisongo yang telah teruji menjaga warisan para Sultan dan Raja se Nusantara yang kini bernama Indonesia dari koloni bangsa Londo.

Loading...

Baca Juga