oleh

Listrik Naik, Rakyat Panik. Opini Arini Gardinia

Listrik Naik, Rakyat Panik. Oleh: Arini Gardinia, Mahasiswa.

Berawal dari kalimat PT PLN (Persero) menekankan tidak ada kenaikan tarif listrik, dilanjut konfirmasi Direktur Niaga dan Management PLN, Bob Saril yang mengatakan perhitungan yang dilakukan PLN secara transparan hingga akhirnya PT PLN mengandalkan pihak ketiga untuk melakukan pencatatan meteran listrik ke rumah-rumah pelanggan.

Dengan dalih alasan kesehatan PLN memang tidak melakukan pencatatan meter langsung ke pelanggan. Sehingga penghitungan tagihan pada Maret dan April dilakukan menggunakan rata-rata pemakaian 3 bulan terakhir. Pencatatan meteran kembali dilakukan pada bulan Mei untuk tagihan Juni sehingga menggunakan tarif pasti bukan rata-rata. Yang katanya dengan cara ini membuat seolah-olah ada kenaikan biaya listrik.

Selama pandemi Covid-19, mayoritas masyarakat diharuskan untuk melakukan kegiatan dari rumah baik untuk kegiatan bekerja hingga sekolah. Dimana tidak hanya orang tua tapi anak dan anggota keluarga lainnya harus di rumah. Maka otomatis penggunaan listrik akan bertambah sehingga ada kenaikan. (detik.com)

Tapi apakah faktanya benar seperti itu? Jawabannya belum tentu. Karena warga Dumai, Riau, melakukan aksi protes karena kenaikan tagihan listrik. Mereka mengaku tagihan listrik yang terpakai pada Mei naik mencapai 100 persen, padahal listrik di daerah tersebut sering padam tanpa alasan yang jelas. Warga Pekanbaru juga mengeluhkan hal yang sama, menurut warga setempat pemadaman listrik terjadi minimal 3 kali dalam sehari.

Belum cukup sampai disitu, karena 17 daerah di Jawa Tengah dan Jogjakarta pun merasakan pahitnya pemadaman listrik. Di Jambi, warga resah karena pemerintah menghimbau warga untuk beraktivitas di rumah tapi sering terjadi pemadaman listrik tanpa himbauan dengan durasi sekitar 2 jam. Ditambah lagi tagihan listrik rumah kosong dengan 1 lampu mencapai 750 ribu rupiah. Hal tersebut makin menaruh curiga warga kepada pihak PLN. PLN seperti menanam angin, hingga harus menuai badai.

Sejak awal pemerintah memang menampakkan citra peduli dengan pandemi dan keberlangsungan hidup rakyatnya. Tapi faktanya, masyarakat tidak merasakan kehadiran pemerintah sebagai pelayan masyarakat. Pemerintah hadir hanya untuk melakukan konfirmasi dan menyampaikan alasan belaka tanpa solusi bagi masyarakat, itu pun terjadi setelah banyak keluhan dari masyarakat.

Ketidak pedulian pemerintah terhadap kesulitan rakyatnya sudah sering terjadi. Masyarakat pun mengetahui. Semakin lama pandemi ini berakhir semakin terhimpit pula masyarakat dan sektor strategis layanan publik tidak menyesuaikan pelayanannya dengan pendekatan agar bisa meringankan kesulitan yang dihadapi masyarakat di masa pandemi.

Loading...

Baca Juga