DETIKFAKTA.ID– Proyek pengerukan Kali Cakung Lama di kawasan Semper Barat terus berjalan, namun masih menghadapi berbagai tantangan teknis, sosial, dan lingkungan. Hingga saat ini, dari target pengerukan sepanjang 4,7 km, baru 1,1 km yang terealisasi.
Anggota Dewan Kota Cilincing, Epriyanto, mengungkapkan bahwa proyek ini memiliki dampak teknis, termasuk akses masuk alat berat yang memerlukan pembongkaran infrastruktur di sekitar lokasi. Selain itu, dampak sosial juga dirasakan oleh masyarakat, seperti terganggunya aktivitas akibat pembongkaran jembatan.
Pemerintah diharapkan membangun kembali jembatan yang dibongkar agar mobilitas warga tidak terganggu.
“Dampak lingkungan juga ada, misalnya warga yang tinggal di pinggir kali harus direlokasi, bau dari pengerukan muncul, bahkan ada risiko orang tercebur ke kali. Tapi masyarakat harus paham bahwa revitalisasi ini diperlukan agar banjir bisa diatasi,” ujar Epriyanto. Saat dikonfirmasi detikfakta.id, Sabtu siang di kawasan Semper barat, Cilincing, Jakarta Utara (8/2/2025).
Ia juga menyoroti kondisi Kali Cakung Lama yang semakin menyempit.
“Ada segmen yang awalnya besar jadi tinggal 3 meter, bahkan ada kandang ayam, kasur, dan tempat parkir di pinggiran kali. Ini harus direvitalisasi, tidak bisa sebagian diperbesar sementara yang lain tetap kecil,” tambahnya.
Komisi D Belum Merespons
Hingga saat ini, menurut Epriyanto, belum ada tanggapan dari Komisi D DPRD DKI Jakarta terkait pengerukan ini. “Kami baru membahasnya di tingkat kota, di tingkat suku dinas sumber daya air, dinas sumber daya air, serta tingkat lurah dan camat. Belum sampai ke Komisi D,” katanya.
Ia menilai Komisi D seharusnya lebih responsif dalam menangani masalah banjir, mengingat kondisi di Cilincing dan sekitarnya cukup mengkhawatirkan.
“Di Waduk Belibis, yang samping rumah susun embryo, ada hampir seribu pengungsi. Di Semper Timur kemarin ada 600 pengungsi, dan total di Cilincing ada sekitar 2.500 pengungsi. Ini sudah jadi alarm lampu kuning. Kita gak mau lagi ada banjir-banjiran,” tegasnya.
Anggota Dewan Kota Cilincing menargetkan penyelesaian proyek ini dalam waktu 1,5 hingga 2 tahun. Salah satu solusi yang diusulkan adalah pembuatan sodetan dari kawasan KBN menuju Komatsu, sehingga aliran air dapat langsung menuju laut melalui Cakung Drain. Dengan cara ini, air tidak lagi berputar-putar yang justru dapat memperparah banjir, melainkan segera dialirkan ke jalur yang lebih efektif untuk mengurangi risiko genangan di wilayah sekitar.
“Di Sepatan, penghubung antara Kali Gubuk Genteng juga sudah semakin tipis dan harus dibongkar serta ditinggikan. Kami pikirkan semuanya, termasuk alat berat yang digunakan untuk pembongkaran,” jelas Epriyanto.
Ia berharap Komisi D hadir dan turut serta dalam diskusi bersama eksekutif serta Dewan Kota Jakarta Utara untuk mencari solusi terbaik.
“Ini ranah mereka, tapi sampai sekarang belum ada pembahasan bersama kami,” pungkasnya.
Harapana Untuk Penanganan Banjir yang Lebih Cepat
Epriyanto menekankan bahwa saat ini pihaknya masih dalam tahap mencari solusi terbaik, dimulai dari pengerukan hingga pembangunan sodetan. “Audiensi dengan Komisi D masih dalam tahap proses. Tapi yang penting, solusi sudah kita siapkan agar air langsung ke laut tanpa berputar-putar,” katanya.
Dengan jumlah pengungsi yang terus meningkat setiap kali hujan deras, masyarakat berharap pengerukan Kali Cakung Lama dan proyek sodetan bisa segera terealisasi.
Kini, semua mata tertuju pada Komisi D untuk memberikan respons dan aksi nyata dalam menangani banjir di Jakarta Utara. (ANW)