oleh

Petani Kampung Bayam Gelisah: Janji Agrowisata dan Masa Depan Pertanian Kota Masih di Ujung Tanda Tanya

DETIKFAKTA.ID –Pada acara serah terima kunci tanggal 6 Maret 2025, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo, telah menitahkan PT Jakpro untuk melaksanakan perintahnya. Namun, hingga kini, janji yang diucapkan masih sekadar angin surga. Warga Kampung Bayam, terutama kelompok tani Kampung Bayam Madani, tetap setia menanti realisasi harapan besar yang menggantung di langit kampung mereka.

Bagi warga Kampung Bayam, janji tersebut adalah urat nadi kehidupan. Mereka bukan sekadar mempertahankan sebidang tanah, tetapi sebuah identitas, sebuah sejarah panjang bertani di tengah gemerlap ibu kota yang semakin menggusur ruang hidup mereka.

“Alhamdulillah, janji itu terdengar indah di telinga kami, tapi apakah janji ini akan berubah menjadi kenyataan? Itu pertanyaan yang menghantui kami setiap hari,” kata Forqon, dengan nada penuh harap sekaligus kecewa. Saat dikonfirmasi detikfakta.id, di Kawasan Pademangan, Jakarta Utara,Minggu (16/3/2025).

Janji besar itu tidak hanya sekadar rumah di Kampung Susun Produktif, tetapi juga lahan pertanian seluas satu hektare yang digadang-gadang menjadi pusat agrowisata edukasi, bagian dari tur megah Jakarta International Stadium (JIS). Namun, kenyataan yang dihadapi warga jauh dari ideal. Tanah itu masih menunggu kepastian, seperti harapan yang tergantung di ujung waktu.

Sebagai perusahaan daerah, PT Jakarta Propertindo (Jakpro) seharusnya bergerak cepat untuk merealisasikan janji tersebut. Terlebih, pada acara serah terima kunci Kampung Susun Bayam pada 6 Maret 2025, Gubernur DKI Jakarta secara tegas telah menginstruksikan agar Jakpro segera menjalankan komitmennya, termasuk penyediaan lahan pertanian bagi warga. Namun, alih-alih melihat ladang hijau yang menjanjikan kesejahteraan, warga justru melihat bayangan ketidakpastian.

“Kami bukan hanya ingin dipandang sebagai ikon pertanian kota, kami ingin bertahan hidup! Kami butuh alat-alat pertanian modern, bukan sekadar foto seremonial dan pidato manis,” tegas Forqon, matanya berkaca-kaca menahan harapan yang mulai menipis.

Meskipun kunci unit hunian sudah diserahkan, hati para petani belum tenang. Mereka bertanya-tanya, akankah lahan pertanian yang dijanjikan benar-benar terealisasi? Atau justru akan lenyap ditelan proyek-proyek besar yang mengabaikan mereka?

Waktu terus berjalan, dan Lebaran semakin dekat. Warga Kampung Bayam masih menunggu, menatap tanah yang seharusnya menjadi sumber kehidupan mereka.

“Ini bukan hanya tentang kami, tapi tentang masa depan pertanian di Jakarta Utara. Apakah pemerintah akan menepati janji sebelum Lebaran tiba? Ataukah kami harus terus menunggu dalam ketidakpastian?” pungkas Forqon, suaranya menggantung di udara malam Kampung Bayam yang semakin sunyi. (ANW)

Loading...

Baca Juga