Seandainya Islam hilang dari Indonesia,Apakah Indonesia masih ada? Bagian pertama dari tiga tulisan. Oleh: Tubagus Soleh, Ketum Babad Banten Nasional
Wacana yang dilontarkan oleh Pak Prabowo yang juga capres nomor 02 tentang Indonesia bakal bubar tahun 2030 sangat menantang secara intelektual akal sehat untuk kita kaji. Apa dasar data Pak Prabowo berani mengatakan bakal bubar tahun 2030? Apakah karena hutang yang semakin berlimpah? Atau pak Prabowo termakan isu Aseng Asing yang semakin merangsek menguasai tanah air kita? Atau hanya sekedar isu untuk baper saja agar bisa mengais suara pada pilpres 2019?
Mengapa isu bubarnya negara kita yang dilontarkan oleh pak Prabowo harus tuntas kita kaji. Karena ini menyangkut eksistensi Bangsa Indonesia. Terlepas serius atau becandanya pak Prabowo dengan wacana itu. Setidak tidaknya pak Prabowo sudah menyadarkan kita ada sesuatu yang sedang mengancam eksistensi kita sebagai Bangsa. Bila saja kita lalai atau mengabaikan masalah kecil bangsa, bisa saja wacana yang dilontarkan Pak Prabowo bisa menjadi masalah serius ke depannya.
Pak Prabowo bukan anak kemarin sore. Posisi beliau ketika di militer pun pernah menduduki posisi strategis. Sebagai Danjen Kopasus dan Pangkostrad. Saya kira pengalaman militer beliau patut kita pertimbangkan dengan wacana yang beliau lontarkan.
Saya tidak mau berandai-andai dengan asumsi-asumsi. Tapi kita harus melihat wacana bubar, haruslah dari Indonesia, dari sisi dalam negara kita. Kita harus membaca ulang kembali proses terbentuknya rasa keIndonesiaan. Merasa senasib dan sepenanggungan karena sama sama “dijajah” oleh Belanda. Dan diikat oleh janji-janji kemerdekaan yang sangat luar biasa.
Apakah pak Prabowo membaca, melihat atau bahkan sudah merasakan rasa keIndonesiaan rakyat Indonesia sudah luntur? Atau pak Prabowo sudah membaca, melihat dan merasakan rasa senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa sudah hilang? Atau pak Prabowo sudah melihat virus bubarnya NKRI yang kita sendiri belum melihatnya? Atau pak Prabowo sudah mengetahui rencana intelejen tingkat tinggi yang mendesain bubarnya Indonesia tahun 2030?
Melihat, merasakan dan membaca Indonesia dari dalam Indonesia sendiri sangat penting. Agar wacana yang dilontarkan ke publik pun memiliki dasar yang kuat. Sekalianpun publik mempertanyaan dasarnya, setidaknya bisa mendapat penjelasan yang mencerahkan. Namun hingga saat ini tidak ada penjelasan dasar wacana tersebut dilontarkan.
Tapi bila wacana bubarnya negara ini hanya berdasarkan laporan intelejen tingkat tinggi namun hanya sepihak, saya kira wacana bubarnya Indonesia patut diduga hanya untuk baper agar bisa mengais suara saja. Tidak berlandaskan fakta dan data. Ilusi saja.
Ada dua kekuatan utama di NKRI. Bila keduanya bersinergi, maka Indonesia akan kuat. Yaitu Islam dan Umat Islam serta TNI Polri. Seandainya Indonesia bakal bubar tahun 2030, pasti dimulai dari dua kekuatan ini. Jadi logikanya harus dibalik, selama Islam ada dan eksis di Indonesia dan dijaga kedaulatan tanah airnya oleh TNI Polri dengan segenap rakyat Indonesia, selama itu pula Indonesia ada.
Jadi, bubarnya Indonesia yang diwacanakan oleh Pak Prabowo sangat tidak menyentuh akar persoalan bangsa. Bahkan terkesan mengada ngada. Dalam bahasa politik teranyar, logika politik yang dipakai pak Prabowo adalah logika intimidatif. Bila persepsi publik menguat disitu, tanpa sadar akan menyeret publik untuk membuka file-file masa lalu orde baru yang despotik. Dan perlawanan serta penolakan terhadap wacana dan aktornya akan semakin menguat.
Jawabannya akan berbeda, jika wacana yang dilontarkan seperti ini, seandainya Islam hilang dari Indonesia, apakah Indonesia masih ada?